Senin, 16 Desember 2013

Analisis Unsur Intrinsik Novel Negeri 5 Menara

UNSUR INTRINSIK


A. Tema

Novel ini memiliki tema tentang pendidikan, dan sebuah kerja keras yang menghasilkan kesuksesan.
Hal ini dapat dibuktikan dari halaman awal, yaitu kutipan dari imam syafi'i dan kalimat "MAN JADDA WAJADA" , yang di teriakan ustad salman pada awal pertemuan alif di PM, arti dari man jadda wajadda sendiri adalah siapa yang bersungguh-sungguh, akan berhasil [Hlm : 40-41}

B. Penokohan

1. Amak 
  • Ramah kepada siapa saja. ["Mukanya selalu mengibarkan senyum ke siapa saja" (hlm : 6)]
  • Peduli kepada peradaban islam di masa depan. ["Amak ingin memberikan anak yang terbaik untuk     kepentingan agama. Ini tugas mulia untuk akhirat" (hlm : 9)] 
  • Penyayang ["kasih sayang amak...." (hlm : 11)]
2. Ayah
  • Peduli dan setia kepada anaknya. ["Saya mau mengantar anak..." (hlm : 19)]
  • Orang yang Amanah ["Amanat dai jamaah surau untuk membeli sapi..." (hlm : 91)]
3. Alif
  • Penurut dan patuh ["selama ini aku anak penurut" (hlm : 11)}
  • Tidak konsisten terhadap pilihan [" aku sendiri belum yakin betul terhadap keputusan ini" (hlm : 13)]
4. Dulmajid
  • Mandiri ["Tentu saja aku datang sendiri" (hlm : 27)]
  • Rajin belajar ["Animo belajarnya memang maut" (hlm : 46)] 
  • Setia kawan ["...paling setia kawan yang aku kenal" (hlm : 46)]
5. Raja Lubis
  • Percaya diri ["maju dengan penuh percaya diri" (hlm : 44)]
  • Rajin membaca["hobi utamanya membaca buku" (hlm : 45)]
  • Mau berbagi ["...dia tidak pelit dengan informasi" (hlm : 61)]
6. Said
  • Berpikiran dewasa ["dia yang paling dewasa di antara kami" (hlm : 45)]
  • kurang percaya diri ["dia memang tidak terlalu pede..." (hlm : 206)]
7. Baso
  • Orang yang agamis ["saya ingin mendalami agama islam dan menjadi penghapal Al-Quran" (hlm : 46)]
  • Orang yang sangat peduli ["....merawat nenek dan pulang, mungkin selamanya..." (hlm : 362)]
  • Berbakti kepada orangtua ["motivasi besar menghapal Al-Quran adalah pengabdian kepada orangtua" (hlm : 363)] 
8. Atang
  • Orang yang menepati janji ["susuai janji, Atang yang membayari ongkos"(hlm : 221)]
  • Humoris ["memasukkan berbagai macam guyon sunda yang membuat hadirin terpingkal-pingkal" (hlm : 220]
C. Latar

1. Tempat

  • Pondok Madani ["selamat datang di pondok madani" (hlm : 30)]
  • Aula ["murid-murid berbndong-bondong memenuhi aula" (hlm : 48)]
  • Lapangan ["masing-masing melintasi lapangan besar..." (hlm : 62)]
  • Kamar ["pintu kayu kamar bergetar-getar digedornya" (hlm : 84)]
  • Menara ["Di bawah bayangan menara ini kami lewatkan waktu...." (hlm : 94)]
  • Kelas ["Ustad Salman masuk kelas..." (hlm : 105)]
  • Bandung ["kami telah masuk Bandung..." (hlm : 218)] 
2. Waktu

  • Sore hari ["matahari telah tergelincir di ufuk..." (hlm : 62)]
  • pagi hari ["rasanya udara pagi lebih segar...." (hlm : 127)]
  • Malam hari [malam ini untuk pertama kalinya kami..." (hlm : 238)]
  • Din hari ["sekitar jam dua pagi..." (hlm : 244)]
3. Suasana
  • Menegangkan ["kami mendengar suara orang berteriak dan bunyi kaki berlarimendekat ke arah kami" (hlm : 246)]
  • Bahagia ["kami senang bisa menangkap pencuri dan lebih senang lagi lepas dari kewajiban jadi jasus" (hlm : 249)]
  • Gelisah ["kegelisahanku yang naik turun..." (hlm : 369)]
D. Alur/Plot

Alur yang digunakan adalah alur campuran.

1. Eksposisi

  • kisah berawal dari seorang wartawan VOA, yang sedang berada di Washington DC. Wartawan itu bernama Alif Fikri. tanpa disengaja ia mengecek laptopnya dan tiba-tiba ada pesan masuk dari seorang yang bernama Batutah. Setelah berbalas-balas esan, teryata dia adalah teman lama Alif dari sekolah lamanya yaitu Pondok Madani.
2. Intrik
  • Alif tidak ingin bersekolah di sekolah madrastah ataupun pesantren, sedangkan Amaknya tidak rela jika Alif masuk sekolah SMA umum, karena Amaknya ingin anak laki-lakinya bersekolah agama, dan menjadikan anaknya menjadi pemmpin agama di masa depan, seperti Buya Hamka. 

3. Komplikasi

  • Baso bercerita kepada teman-teman shahibul menara, bawa sepertinya ia harus meninggalkan PM duluan dibandingkan dengan teman-teman yang lain, karena ia harus merawat neneknya yang sedang sakit parah. Akhrnya paman Latimbang menjemput Baso yang berada di PM, dan Baso pun harus meninggalkan PM untuk selamanya.

4. Klimaks

  • Ustadz Torik begitu marah ketika mendengar bahwa ada siswa yang pergi dari PM tanpa izin terlebih dahulu. Mera itu adalah Said, Alif, dan Atang. sebelum itu, mereka meminta izin ke Ponorogo untuk mencari barang, tetapi barang itu tidak ada, dan mereka pun harus pergi ke Surabaya untuk mendapatkan barang tersebut. Akhirnya mereka bertiga diberikan hukuman yang sangat berat, yaitu dicukur habis rambutnya.

5. Antiklimaks

  • Seluruh siswa PM kelas 6, telah berhasil menyelesaikan ulangan akhir, untuk menentukan kelulusan meraka. Kemudian meraka semua pun berisah, begitu juga dengan shahibul menara yang akan menempuh jalannya masing-masing untuk mewujudkan impian meraka.

6. Resolusi

  • Shahibul menaratelah mencapai impiannya masing-masing dan berencana akan melakukan reuinian setelah tidak bertemu selama bertahun-tahun.
E. Gaya Bahasa

1. Hiperbola
  • "Kami bisa makan bagai kesurupan" (hlm : 122)
  • "Kiai Rais telah menyetrum 3000 murid kesayangannya" (hlm : 190)
2. Personifikasi

  • "wajah dingin mencucuk tulang..." (hlm : 2)
  • "Jantungku melonjak-lonjak girang" (hlm : 5)
  • "Cerita Kiai Rais terus berputar di kepalaku" (hlm : 142)
  • "sejak dari pagi buta..." (hlm : 214) 
3. Asosiasi

  • "kami seperti sekawanan tentara yang terjebak..." (hlm : 64)
  • "Mukanya dingin seperti besi" (hlm : 124)
F. Sudut Pandang
 
Dalam novel Negeri 5 Menara, si penulis menggunakan orang pertama sebagai pelaku utama, karena menggunakan kata ganti orang pertama yaitu "AKU".

G. Amanat

Cerita negeri 5 menara memberikan pesan moral pendidikan yang sangat dalam. Kita harus bersungguh - sungguh dan bekerja keras untuk meraih impian kita dan mencapai kesuksesan kita, tapi dibalik kesuksesan tersebut ada doa dari kedua orangtua kita, jadi kita juga harus serta-merta menghormati dan berbakti kepada orangtua.



       







Minggu, 01 Desember 2013

Resensi Negeri 5 Menara


"Para Pencari Tujuan dan Impian"



 
Judul Novel: Negeri 5 Menara
Pengarang : A. Fuadi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Agustus 2010
Kota Terbit : Jakarta
Jumlah Halaman : 424 hal



      Apa pandangan kalian terhadap sekolah pesantren? atau bagaimana jika kalian menjadi seorang siswa atau santri di pesantren dengan tingkat kedesiplinan yang sangat ketat, dan kalian pun harus jauh dari orang tua. Mungkin kalian akan beranggapan sekolah itu seperti penjara untuk anak remaja zama sekarang, dan mungkin kalian berpikir tidak akan pernah masuk sekolah seperti itu atau bahkan berpikir tidak akan pernah mengijakkan satu kaki pun. Tetapi novel Negeri 5 Menera  ini memiliki cerita yang berbeda tentang sekolah pesantre. Novel ini adalah karya seorang penulis yang bernama A.Fuadi, sebenarnya dia adalah tokoh utama dalam novel ini,tetapi namanya diganti menjadi Alif Fikri dan dia bersekolah di pesantren di daereh ponorogo, Jawa Timur yang bernama Pondok Pesantren Moderen Gontor, yang kemudian nama pesantren ini di ganti menjadi Pondok Madani (PM).

      Dalam novel ini, seorang Alif Fikri adalah anak yang terlahir di dalam keluarga yang serba sederhana, di daerah Sumatra Barat. Dan rumahnya terletak dekat dengan Danau Maninjau. Sebelum ia bersekolah di pesantren ia memiliki sahabat yang bernama Randai. Randai adalah seorang sahabat dekat Alif saat  bersekolah di SMP, yang kemudian meraka harus berpisah karena amak dari Alif, ingin anak laki-lakinya bersekolah di sekolah agama dan amaknya berharap suatu saat anak laki-lakinya menjadi seorang pemimpin atau pemuka agama di masa depan seperti Buya Hamka. Tetapi keinginan amaknya itu sangat berbeda dengan impian dan tujuan Alif, karena Alif ingin mengikuti jejak Pak Habibie dan bersekolah di SMA biasa dan melajutkan kuliah. Akhirnya setelah Alif berselisih dengan amaknya, Alif pun hanya bisa memendam impiannya itu dan harus bersekolah di Pondok Madani (PM).

      Saat Alif tiba di PM ia bertemu dan berkenalan dengan teman-teman dari berbagai daerah, yang kemudian ia memiliki lima sahabat. Mereka adalah Baso, Raja, Atang, Dulmajid, dan Said. Meraka berlima dari berbagai macam daerah, dan tentunya memiliki sifat yang berbeda. Dimulai dari Baso, dia berasal dari Gowa, Sulawesi. Dan alasan dia masuk PM adalah karena ingin menjadi penghafal serta mendalami Al-qur'an. Selanjutnya adalah Raja, dia dari Sumatera, hobinya adalah membaca kamus, karena ingin sekali mempelajari bahasa inggris ataupan bahasa arab , dan sama seperti Baso, ia juga memiliki otak yang cerdas diatas rata-rata, dan sifatnya yang kekeh terhadap pendirian. Kemudian yang ketiga adalah Atang dari Bandung, selanjutnya yang keempat adalah Dulmajid dari daerah Sumenep, dan yang terakhir adalah Said dari Modjokerto, seorang said memiliki postur yang tinggi dan hobinya adalah bermain sepak bola, dan ia sering sekali dijadikan pemain inti dalam sebuah tim PM. Kemudian kisah di PM pun dimulai, dan mereka berlima selalu bersama dalam sedih maupun senang, hingga mereka disebut sebagai shahibul menara, karena sering menghasbiskan waktu sore di dekat menara masjid. Dari sekolah inilah mereka banyak belajar dan mendapatkan berbagai pengalaman yang sama sekali belum pernah meraka rasakan sebelumnya, dari yang awalnya entah apa tujuan sebenarnya besekolah di PM, hingganakhirnya mereka memiliki impian masing-masing dan sama-sama berusaha untuk mewujudkannya.

      Novel ini memiliki kelemahan dan kelibihan, menurut saya kelemahannya adalah cerita awalnya yang rada membosankan, dan jenis huruf yang digunakan mungkin kurang enak untuk dibaca. Dan kelebihan novel dari karya seorang A.Fuadi ini adalah, cerita yang disajikan berdasarkan kisah nyata dan pengalaman pribadinya, sehingga bisa ketagihan saat membacanya, dan dari cover bukunya juga sangat menarik. Selanjutnya manfaat dari membaca novel ini adalah dapat mengubah pandangan orang terhadap sekolah agama, serta ceritanya yang dapat menginspirasi dan memotivasi orang banyak, terutama para siswa. Sehingga novel ini cocok untuk dibaca orangtua, siswa, ataupun pengamat pendidikan, karena novel ini banyak mengandung ajaran moral tentang pendidikan.